Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

SEJARAH MINANGKABAU AWAL

  1. Kerajaan Pertama di Gunung Merapi   1. Maharaja yang Bermahkota    Dikatakan pula oleh Tambo, bahwa dalam pelayaran putera-putera Raja Iskandar Zulkarnain tiga bersaudara, dekat pulau Sailan mahkota emas mereka jatuh ke dalam laut. Sekalian orang pandai selam telah diperintahkan untuk mengambilnya. Tetapi tidak berhasil, karena mahkota itu dipalut oleh ular bidai di dasar laut.   Ceti Bilang Pandai memanggil seorang pandai mas. Tukang mas itu diperintahkannya untuk membuat sebuah mahkota yang serupa.   Setelah mahkota itu selesai dengan pertolongan sebuah alat yang mereka namakan “camin taruih” untuk dapat menirunya dengan sempurna. Setelah selesai

TUANKU RAO dalam pandangan buya HAMKA.

catatan:afriadi sanusi   http://adi-rawi.blogspot.com/2009/12/tuanku-rao-seorang-ulama-pejuang-melayu.html Tuanku Rao adalah seorang ulama yang telah berjaya mengIslamkan keseluruhan orang-orang Rao dan kawasan sekitarnya. Beliau juga adalah seorang pejuang kemerdekaan yang syahid ditangan penjajah. Ketokohan Tuanku Rao telah terpahat di hati dan menjadi kebanggaan setiap orang Rao khasnya dan Melayu amnya. Atas jasa beliau Orang-orang Rao, Tapanuli dan kawasan sekitarnya sampai sekarang semuanya beragama Islam dan masih mengaji dengan menggunakan bahasa Rao. Kematiannya telah menyematkan perasaan anti penjajah di hati orang-orang Rao. Baik yang ada di Rao mahupun yang telah berhijrah ke Malaysia ketika itu. Kajian ini akan coba mengungkap sejarah ketokohan Tuanku Rao sebagai seorang Ulama dan seorang Pejuang dari bangsa Melayu. Pendahuluan Kajian ini terinspirasi semenjak keterlibatan penulis dalam team pengkaji Biografi dan Pemikiran Po

Buku ‘Greget tuanku rao dan tuanku tambunsai yang kontroversi.

Basyral Hamidi Harahap (BHH), penulis buku Greget Tuanku Rao (Jakarta: Komunitas Bambu, September 2007). Dalam buku itu penulisnya antara lain mengeritik Tuanku Tambusai (1784-1882), Pahlawan Nasional pertama asal Riau berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 071/TK/Tahun 1995. Polemik mengenai Perang Paderi yang mencuat lagi, dengan BHH sebagai salah seorang motor penggeraknya yang utama, pada awalnya dipicu oleh republikasi buku M.O. Parlindungan, Pongkinangolngolan Sinamabela gelar Tuanku Rao: Teror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak, 1816-1833 (Yogyakarta: LKiS, 2006) yang edisi pertamanya (1964) telah dikritisi Hamka (1974). Bersamaan dengan itu muncul pula petisi yang menggugat gelar kepahlawanan Tuanku Imam Bonjol yang dituduh melanggar HAM karena pasukan Paderi menginvasi Tanah Batak (1816-1833) yang menewaskan “jutaan” orang di daerah itu (lihat: http://www.petitiononline.com/bonjol/petition.html ). Kini tampaknya polemik itu maju selangkah lagi: judul

Sejarah Pemikiran Islam Di Minangkabau, setelah kepergian syekh burhanudin.

     H. Mas’oed Abidin Dokumentasi Pergerakan Pemikiran Islam Di Minangkabau, adalah senarai perjuangan pergerakan dakwah Islam oleh para pemimpin bangsa para Ulama Zuama yang di Minangkabau disebut dengan panggilan Alim Ulama Cerdik Pandai Suluh Bendang (Benderang) di Nagari.Oleh : H. Mas’oed Abidin Pendidikan menurut adat Minangkabau di Sumatera Barat sudah berjalan jauh sebelum kedatangan agama Budha masuk ke Minangkabau. Pendidikan itu disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi dan keberhasilan pendidikan itu dinilai dari penguasaan adat dan keahlian menyelesaikan masalah kehidupan. Untuk dapat menguasai pengetahuan dan pelaksanaan adat yang luas dan rumit itu dipelajari melalui contoh dan laku perbuatan dalam kehidupan sehari-hari yang disampaikan dalam bentuk prosa lirik.

TUANKU NAN RENCEH Dalam Surat Keterangan Syekh Djalaluddin

Ditulis kembali oleh : BOY PASKAND Artikel ini adalah murni disadur secara keseluruhan dari www.tuankunanrenceh.blogspot.com dan tidak ada maksud lain, murni untuk dibaca publik (sharing). Apabila dikemudian hari, penulis dari URL tersebut berkeberatan, maka artikel ini akan dihapus. Pengantar Nama Tuanku Nan Renceh sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang. Para peneliti sejarah gerakan pemurnian Islam di Minangkabau pun pasti sangat hafal betul nama yang satu ini. Namun seperti dinukil Suryadi, sosok Nan Renceh tidak sejelas namanya yang sudah begitu sering disebut dalam buku-buku sejarah. Putra Kamang bertubuh kecil ini diyakini pula sebagai salah seorang tokoh proklamator dan lokomotif utama Gerakan Paderi pada awal abad ke-19 silam. Selain militan dan karenanya pantas ditakuti, fragmen-fragmen kehidupan

"siapa tuanku nan renceh??"

Keterangan foto: Benteng Fort de Kock di Bukittinggi (1826). Seorang panglima Paderi dengan pedang dan al-Qur'an dalam kantong kain yang digantungkan di leher mengawasi benteng itu dari kejauhan. Sumber: H.J.J.L. Ridder de Stuers, De vestiging en uitbreiding den Nederlanders ter Westkust van Sumatra, Deel 1, Amsterdam: P.N. van Kampen, 1849: menghadap hlm. 92

'JEJAK KONTROVERSI TUANKU NAN RENCEH (sang penggagas perang paderi)

makam tuanku nan renceh. Suatu kali, tak ingat persis kapan, saya searching di situs http://books.google.com/. Keyword yang saya ketikkan; “tuanku nan renceh”. Setelah tengok sana, sigi sini, mata saya pun terpaku pada sepenggal kalimat yang menyebut; Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawy adalah cucu dari Tuanku Nan Renceh, tokoh Paderi nan radikal itu. Seakan tak percaya dengan hal itu, saya gali dan gali lagi informasinya lebih dalam. Ternyata ada beberapa buku dan artikel yang menyebutkan Tuanku Nan Renceh adalah kakek dari Syekh Ahmad Khatib, seorang tokoh pembaharu asal Minangkabau. Diantaranya Chalijah Hasanuddin (1988), Muhammad Syamsu As (1996), Panji Masyarakat (1999), Susiknan Azhari (2006), A Suryana Sudrajat (2006 dan 2007) dan A. Ikhdan Nizar St Diateh (2008).

Sejarah awal datangnya islam di sumatera barat

Perkenalan pertama Minangkabau dengan Islam, sebagai yang masih diasumsikan, adalah melalui dua jalur yaitu : pertama, pesisir timur Minangkabau atau Minangkabau Timur antara abad ke-7 dan 8 Masehi, kedua, melalui pesisir barat Minangkabau pada abad ke 16 Masehi Teori jalur timur didasarkan oleh intensifnya jalur perdagangan melalui sungai-sungai yang mengalir dari gugusan bukit barisan ke selat Malaka yang dapat dilayari oleh pedagang untuk memperoleh komoditi lada dan emas. Bahkan diperkirakan sudah ada pedagang-pedagang Arab muslim yang mencapai wilayah pedalaman ini sejak abad ke 7/8 Masehi (lihat : Mansoer,dkk., 1970 : 44-45). Kegiatan perdagangan ini, diperkirakan, adalah awal terjadinya kontak antara budaya Minangkabau dengan Islam. Kontak budaya ini kemudian lebih intensif pada abad ke 13 pada saat mana munculnya kerajaan Islam Samudra Pasai sebagai kekuatan baru dalam wilayah perdagangan selat Malaka. Pada waktu ini,Samudra Pasai bahkan telah menguasai seb

' catatan mesjid tertua di sumatera barat"

1. Masjid Tuo Kayu Jao   Agama Islam di Kabupaten Solok, Sumatra Barat , telah berkembang sejak abad ke-16. Fakta sejarah ini dibuktikan dengan berdirinya Masjid Tuo Kayu Jao, berusia 400 tahun. Meski bangunan bergaya Masjid Demak, Banten , ini sempat dipugar tapi sebagian besar bangunan masjid masih asli. Atap masjid ini terbuat dari ijuk, ciri khas atap rumah adat Minang . Tiang penyangga masjid berjumlah 27 buah, melambangkan jumlah suku dan golongan yang ikut mendirikan masjid ini. Selain itu terdapat sebuah mihrab yang masih utuh dan bedug yang diperkirakan berusia sama dengan masjid. Hingga saat ini Masjid Tuo Kayu Jao masih menjadi tempat beribadah warga setempat. Pemerintah Provinsi Sumbar telah menetapkan masjid ini sebagai cagar budaya, bukti sejarah penyebaran agama Islam di Solok. 2. Masjid Tuanku Pamansiangan 3. Masjid Taluak 4. Masjid Tuo Koto Baru 5. Surau Atap Ijuk Sicincin 6. Surau Gada

Menyusuri Sudut Kota Pariaman

Menyusuri kota-kota kecil di daerah bisa menjadi pilihan pejalanan yang menarik. Kecilnya kota memungkinkan seseorang menyusuri kota hanya dengan berjalan kaki. Atau, cara lainnya memanfaatkan angkutan kota seperti bendi. Dengan begitu kita bisa menikmati denyut aktifitas kota kecil yang tenang seperti Kota Pariaman, Sumatera Barat. Daya tarik kota kecil di pesisir barat Sumatera ini adalah pantai indah dan sebagian besar sepi dari aktivitas. Kota seluas 73,36 km persegi ini juga dikenal akan budaya uniknya dan sejarah hebatnya. Pada abad ke-16 Kerajaan Aceh berkuasa di pantai barat Sumatera. Pariaman menjadi kota perdagangan yang maju. Pariaman sering disinggahi kapal-kapal dagang asing seperti Tiongkok, Inggris, Spanyol, dan Belanda. Kota ini kemudian menjadi rebutan antar bangsa yang berakhir dengan kemenangan VOC pada 1670-an. Saat itu Pariaman menjadi kota penting sebelum Kota Padang ditaklukkan dan dibangun Belanda. Namun pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur di Padang membuat P

lagu-lagu rancak "PUTRA @w PILIANG." rang piaman asli.

  SAYA DAN PUTRA @W PILIANG