![]()  | 
| makam tuanku nan renceh. | 
Suatu kali, tak ingat persis kapan, saya searching di
 situs http://books.google.com/. Keyword yang saya ketikkan; “tuanku nan
 renceh”. Setelah tengok sana, sigi sini, mata saya pun terpaku pada 
sepenggal kalimat yang menyebut; Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawy 
adalah cucu dari Tuanku Nan Renceh, tokoh Paderi nan radikal itu. Seakan
 tak percaya dengan hal itu, saya gali dan gali lagi informasinya lebih 
dalam.
Ternyata ada beberapa buku dan artikel yang
 menyebutkan Tuanku Nan Renceh adalah kakek dari Syekh Ahmad Khatib, 
seorang tokoh pembaharu asal Minangkabau. Diantaranya Chalijah 
Hasanuddin (1988), Muhammad Syamsu As (1996), Panji Masyarakat (1999), 
Susiknan Azhari (2006), A Suryana Sudrajat (2006 dan 2007) dan A. Ikhdan
 Nizar St Diateh (2008).
Tapi dalam penelusuran 
lebih lanjut, saya menemukan pula beberapa penulis yang menyebut, kakek 
Syekh Ahmad Khatib adalah Tuanku Nan Rancak (juga ulama Paderi 
terkemuka), bukan Tuanku Nan Renceh. Yang menulis begitu diantaranya 
Buya HAMKA (1982), Akhria Nazwar (1983), Islamic Center Sumatera Barat 
(2001) dan buku Cahaya dan Perajut Persatuan: Waliullah Ahmad Khatib 
al-Minangkabawy Penerbit Adicita Karya Nusa (2001).
Tentang
 kontroversi pendapat ini, beberapa waktu lalu penulis sempat melakukan 
korespondensi online dengan Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam, 
salah seorang cucu dari Syekh Ahmad Khatib. Menurut Muhammad Dafiq Saib 
(MDS)*, keterangan Buya HAMKA lah yang sesuai dengan ranji keturunan 
Zainab. "Ambo khawatir Tuanku Nan Rancak suami Zainab ko mungkin 
dikaliruan urang jo Tuanku Nan Renceh," tulisnya. *MDS adalah anak dari 
Zakiah anak dari Maryam anak dari Aisyah (salah satu saudara perempuan 
Syekh Ahmad Khatib).
Meski begitu, dua pendapat 
kontroversial ini tetap saja membingungkan, setidaknya bagi saya. 
Apalagi hingga setakat ini belum saya temukan satupun keterangan yang 
mencoba mengkonfrontir langsung kedua pendapat yang berbeda itu. 
Karenanya, penelitian lebih konprehensif tentang perkara yang belum 
jelas duduk tegaknya ini sangat layak untuk diperdalam.
Menurut
 hemat saya, salah satu dari dua pendapat tentang kakek Syekh Ahmad 
Khatib ini bisa dipastikan benar. Tapi yang mana? Apakah Tuanku Nan 
Renceh atau Tuanku Nan Rancak? Kalau Tuanku Nan Renceh yang benar, mana 
bukti pendukungnya? Kalau Tuanku Nan Rancak, apa pula bukti penguatnya? 
Apatah lagi, seperti disebut Buya HAMKA, Tuanku Nan Rancak ini adalah 
seorang ulama terkemuka di zaman Paderi. Kalau iya, kok sejauh ini saya 
belum menemukan riwayat khusus tentang ulama Paderi bergelar Tuanku Nan 
Rancak itu.
Atau mungkinkah Tuanku Nan Renceh dan 
Tuanku Nan Rancak itu adalah orang yang sama. Meskipun kecil, 
kemungkinan seperti itu tetap saja ada. Trauma sejarah akibat api 
pertentangan dan peperangan hebat antara kelompok Tuanku Nan Salapan 
yang radikal dibawah pimpinan Tuanku Nan Renceh versus gurunya Tuanku 
Nan Tuo plus Fakih Saghir yang moderat bisa saja memunculkan upaya untuk
 menghapus jejak tragedi itu. Betapa hebatnya pertentangan murid dengan 
gurunya itu terekam jelas dalam Surat Keterangan Syeikh Jalaluddin karangan Fakih Saghir.
Berdasarkan
 penelusuran gineakologi, Tuanku Nan Rancak (atau bisa jadi Tuanku Nan 
Renceh) dan Syeikh Jalaluddin Fakih Saghir adalah besan. Anak Tuanku Nan
 Rancak dari hasil perkawinannya dengan Zainab yakni Limbak Urai 
dikawinkan dengan Abdullatif Khatib Nagari (anak Syeikh Jalaluddin Fakih
 Saghir). Dari perkawinan itu lahirlah beberapa anak, diantaranya Ahmad 
Khatib. Artinya, Tuanku Nan Rancak atau Tuanku Nan Renceh adalah kakek 
Ahmad Khatib di pihak ibu dan Syeikh Jalaluddin Fakih Saghir adalah 
kakek di sebelah bapak.
Pengaburan fakta dan atau 
pengeliruan penyebutan (seperti diduga MDS) antara Tuanku Nan Rancak 
dengan Tuanku Nan Renceh sangat mungkin terjadi. Bisa sengaja atau tidak
 disengaja. Asumsi ini bisa saja benar mengingat adanya pertentangan 
yang amat hebat antara Tuanku Nan Renceh dkk dengan gurunya Tuanku Nan 
Tuo dan Fakih Saghir. Saking hebatnya pertentangan itu, Sang Guru 
disebut Tuanku Nan Salapan sebagai Rahib Tua. Fakih Saghir malah 
digelari Raja Kafir. Keduanya pun diperangi beramai-ramai. Hingga pada 
suatu kesempatan, anak-anak sang gurupun dibunuh lewat sebuah tipu 
muslihat.
Bilamana Tuanku Nan Rancak adalah Tuanku
 Nan Renceh yang radikal itu, sangat wajar kiranya kalau namanya 
dihitamkan dari daftar silsilah pihak keluarga istrinya Zainab. Apalagi 
dia adalah pemimpin dari sekelompok murid yang dicap "durhaka" dan 
tega-teganya memerangi sang guru (Tuanku Nan Tuo) dan anaknya Fakih 
Saghir yang tak lain merupakan kawan dekat Tuanku Nan Renceh sendiri 
sewaktu menuntut ilmu di mesjid Koto Ambalau di Nagari Canduang Koto 
Laweh.
TULISAN LAINNYA:
gampang-2 susah mencari bahan untuk literatur perjalanan Alm Kol Anas Malik, tokoh besar, mantan Bupati Pd Pariaman periode 1979-1989 ,namun dengan rajinnya saya bergaul dengan kalangan senior yang terlibat langsung pada masa era pemerintahan beliau jadi sedikit melegakan. pada era itu saya sangatlah kecil....... baca))))
TULISAN LAINNYA:
gampang-2 susah mencari bahan untuk literatur perjalanan Alm Kol Anas Malik, tokoh besar, mantan Bupati Pd Pariaman periode 1979-1989 ,namun dengan rajinnya saya bergaul dengan kalangan senior yang terlibat langsung pada masa era pemerintahan beliau jadi sedikit melegakan. pada era itu saya sangatlah kecil....... baca))))
Sutan Mohammad Rasjid (lahir di Jawi-jawi (sekarang Jl. Jend. Sudirman), Pariaman, Sumatera Barat, 19 November 1911 – meninggal di Jakarta, 30 April 2000
 pada umur 88 tahun) adalah salah seorang pejuang dan Perintis 
Kemerdekaan. Pada saat perang kemerdekaan II (Clash II), Rasjid menjabat
 sebagai Gubernur Militer Sumatera Barat/Tengah. Selain itu dalam Kabinet Darurat beliau menjabat sebagai Menteri Keamanan/Sosial dan Menteri Perburuhan dan Sosial.
Kalimat Alm Anas Malik Tentang Pariaman Menjelang Ajal..
 Kekhawatiran kita kepada apa yang kita 
bayangkan acap membuat urung. ketakutan terhadap hasil buruk, ketakutan 
dicemooh, gagal dsb nya, berakhir dengan tidak jadinya kita memulai 
sesuatu. hal tersebut mustinya tidak perlu terjadi bila kita menanamkan 
prinsip gigih dan punya filosofi hidup yang kita pegang teguh dan 
bermuara kebada kebenaran.



